Di Kota Tua 🤗

Becak yang berderet. Angkutan umum yang bergerak linear. Bus kota yang menderu, berasap. Suara dari bibirmu Sayang, mengharap-harap wanita dengan paras ayu yang rajin mengecat kuku dan mandi susu, samar-samar lalu. Diatas jembatan, lampu sorot kekuningan, itu dia! Kalian berdua. Si wanita menggamit lenganmu mesra, Sayang, itu bukan aku.

Aku tak pernah lihat langit lebih rendah dari ini. Hitam. Waktu, jam ditangan berputar mundur. Lihat dan perhatikan. Hujan. Pria berkacamata yang punya hati lebih luas dari lapangan pacuan kuda, berlarian, bersisian dengan aku tentu saja. Sama-sama tidak ingin dihujam air. Sayang, buku-buku cetakan pertama yang kau cari, bukankah sudah tak menarik? Itu dia! Cetakan kesekian dari bukumu yang paling bersejarah, hidupmu, disunting oleh Si wanita yang bawa payung merah. Baru saja terbit. Lebih hidup, lebih pas, sampai kacamatamu tak sempat lagi melorot. Sayang, aku terus menangis.

Melihatmu tertawa sampai matamu tinggal segaris atau mendengarmu mendengkur dengan kepala yang menopang dipundak si wanita, aku ingin. Aku sungguh ingin. Lagi lagi Sayang, seperti bebunyian yang selalu kau dengar sewaktu dihalte bus aku akan menjelma menjadi itu. Bersuara lebih besar, barangkali kau tak lihat. Melalui tulisan ini, barangkali kau tak dengar. Dari wanita yang cintanya tidak habis-habis, karena cintanya paling.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seberapa Inginnya Pun Aku Memeluk Raga Yang Ku Cintai.💐

Aku Akan Menikmati Peran Ku Sebagai Seorang Yang Pernah Menjadi Bagian Dari Kehidupan mu. 💐💐

Mimpi Yang Hilang 💐