Seberapa inginnya pun aku memeluk raga yang kucintai, akan tetap ada hari di mana aku berhenti. Sebesar apapun rasa yang kumiliki terhadapmu, juga akan ada saat di mana ia memudar begitu saja. Dan apabila sebentar lagi aku benar-benar pergi, berhasil menyelesaikan perihal kamu dalam diri—maka harapan terakhir yang kuharap dapat kau wujudkan nanti; tolong jangan pernah berkeinginan untuk mengetuk pintuku lagi. Kau bisa datangi tempat ini, meski untuk sekarang kau tidak sudi membaca apa yang aku tulis—aku percaya akan ada saatnya semesta menarikmu kemari. Entah saat aku masih, atau sudah. Kau akan melihat, sekaligus menertawakan. Bahwa kemarin, ada perempuan paling menggilaimu. Di setiap guratan kata yang ia tulis, tidak pernah memberi celah untuk lelaki lain masuk dan menempati posisimu di sana. Kau akan menemukan, setiap jerit di rimanya. Bagaimana sulitnya ia mengurung rindu disusunan diksi, bagaimana kejamnya luka, menghancurkan setiap harapan yang pernah ia bangun untuk hidup dengan
Sekalipun aku punya kesempatan untuk mengulang waktu. Aku tidak ingin merubah apapun yang telah terjadi pada kita. Baik itu tentang pertemuan maupun perpisahan. Biarkan semua terjadi sebagaimana mestinya. Tidak lagi susah payah menahan air mata untuk setiap luka yang tercipta. Pun tidak mau menghapus bahagia yang pernah ada Aku akan menikmati peranku sebagai seseorang yang pernah menjadi bagian dari kehidupanmu. Seseorang yang pernah menangisimu disaat kamu tak ada kabar. Pernah menjadi orang yang paling khawatir saat kamu lebih memilih untuk diam ketika pertengkaran kita tak kunjung berakhir. Dan pernah menjadi perempuan yang memperjuangkanmu disaat banyak perempuan lain berusaha membuatku tersingkir Aku menikmati setiap luka yang hadir dari perpisahan kita. Membiarkannya tetap terbuka meskipun kadang perihnya tak terkira. Menjadikannya sebagai sebuah pembelajaran bahwa tulus pun tidak menjamin seseorang akan tetap bertahan. Membuatku sadar bahwa cinta yang besar tidak akan membuat se
Mimpi yang Hilang Di bawah hamparan gelap luas yang bertabur bintang Aku menatap satu bintang yang paling terang Aku menatapnya dengan penuh harapan Seolah itu kau Yang kini jauh seakan hilang.. Selama ini Aku mencoba tuk selalu mengerti hatiku Namun ternyata semua masih semu ku rasakan Nama yang terukir dalam karang hatiku Kini seakan terkikis Oleh ombak yang menghantam.. Aku dan jenuhku, bersama membisu Terlalu jauh untuk meraih bintang yang sedang ku tatap Aku dan senyumku Mengikuti diam termenung Namun tercipta sebuah mimpi Yang hilang hanya dalam sekejap Teriakan Hati Disaat terpikir tentang dia Yang entah ada di mana Terkadang hati teriak dengan kehampaannya Mencari dan menunggu hati cintanya Ku menangis tanpa air mata Ku teriak tanpa suara Hanya merasakan sakitnya hati Begitu tersiksa menunggu yang di nanti Begitu berat melepaskan rasa ini Yang sudah merasuk dalam hati Mungkin bila aku nanti mati Sesalku akan abadi Akankah penantian ini berujung bahagia Ataukah hanya
Komentar
Posting Komentar